Minggu, 08 Juli 2012

Jokowi dan Dua Kartu Truf

 Calon gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tergolong pribadi yang praktis. Jangan berharap ia berteori secara bertele-tele. Semua persoalan dan pertanyaan dijawab lugas, to the point, langsung pada intinya.
Hal yang sama terlihat pada cara berkampanye mantan importir mebel itu. Dua pekan masa kampanye telah dilalui Jokowi dengan lebih banyak meluangkan waktu untuk menyalami warga.
Saat diberi kesempatan berbicara, Jokowi akan berbicara paling ringkas, padat, dan jelas tentang programnya dibandingkan memanfaatkan momen serupa untuk berorasi.
Dua jenis kartu program seolah-olah selalu tersedia di sakunya ke mana pun ia pergi. Dua kartu itu pula yang akan diancungkannya bergantian sambil menjelaskan programnya secara ringkas kepada warga.
Yang satu ia namakan Kartu Jakarta Sehat dan yang lainnya Kartu Jakarta Pintar. Yang satunya, kartu untuk program kesehatan dan yang lainnya adalah kartu untuk program pendidikan.
Kedua kartu itulah yang tanpa bosan ditunjukkan kepada warga baik yang ditemui di gang-gang sempit Ibu Kota, di pinggiran kali, maupun yang memenuhi ruang pertemuan mewah.
Saat berkampanye di wilayah Jalan Damai, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Jumat (6/7/2012), Wali Kota Solo itu kembali meringkaskan programnya dengan uraian mengenai Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar.
"Saya mau memperkenalkan apa yang menjadi program saya. Ada dua kartu yang saya pegang, Kartu Sehat dan Kartu Jakarta pintar. Warga yang mendapatkan dua kartu ini, semuanya akan gratis," kata Jokowi.
Kartu Jakarta Sehat adalah program khusus untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada warga. Semua warga dapat berobat gratis untuk berbagai penyakit, termasuk untuk terapi berbiaya mahal seperti kemoterapi dan cuci darah. Ia menjamin warga pemegang kartu tersebut tidak akan kerepotan mendapatkan layanan kesehatan. Prosesnya pun dijamin mudah dan efisien.
"Tidak seperti SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), yang harus ngurus ke sana ke mari dan prosesnya panjang," ujar Jokowi meyakinkan.
Ia juga menegaskan, warga kurang mampu tidak akan mendapat penolakan. Pasalnya, ia telah membangun sistem yang efisien untuk memudahkan warga.
"Kalau rumah sakitnya menolak (pasien), kalau rumah sakit negeri, kepalanya, direkturnya yang akan bertanggung jawab. Kalau rumah sakit swasta, awas, izinnya bisa dipersulit," tegas Jokowi.
Sementara itu, Kartu Jakarta Pintar akan diberikan kepada pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas (SMA). Kartu tersebut akan memungkinkan para pelajar mendapatkan pendidikan gratis, SPP maupun uang masuk sekolah. Khusus untuk pemegang jenis kartu Platinum, berbagai jenis kebutuhan sekolah lainnya ikut ditanggung pemerintah.
"Kalau anak-anak yang dapat kartu Jakarta Pintar jenis Platinum, selain mendapat biaya pendidikan gratis, dia juga mendapat seragam sekolah, sepatu, dan perlengkapan alat sekolah. Semua diberikan gratis," terangnya.
Pasangan Basuki Tjahaja Purnama itu juga mengutarakan bahwa program tersebut sudah berjalan selama lebih dari enam tahun di Solo. Dari perbaikan yang terus dilakukan selama secara terus-menerus, saat ini program tersebut berjalan lancar tanpa kendala.
"Jadi ndak usah dipertanyakan lagi. Ini sudah jalan kok, dan lancar," sambung Jokowi.
Ia memastikan program Jakarta Sehat dapat berjalan di Jakarta. Alasannya, program di Solo dapat berjalan dengan dana yang relatif lebih kecil. "Sudah saya hitung-hitung, setahun rata-rata cuma 19 milyar (rupiah). DKI punya 800 milyar untuk lima wali kota dan satu wilayah administratif. Itu sudah sangat cukup, bahkan berlebihan," kata Jokowi.
Atas dasar itu, Jokowi mengaku heran dengan belum terlayaninya banyak warga kurang mampu di Jakarta dengan anggaran sebesar itu. Menurut Jokowi, penyebabnya adalah kelemahan pada sisi manajemen. Sebelum sistem disiapkan secara matang, anggaran dalam jumlah besar telah digelontorkan.
"Akhirnya uangnya ndak jelas ke mana-mana. Itu karena caranya, sistemnya ndak jelas, sedangkan uangnya sudah mengalir. Hasilnya, ya begini ini. Kalau saya, siapkan sistem dulu. Anggaran menyusul dan sudah tahu mau digunakan untuk apa," ulas Jokowi.
Hal sama akan diterapkannya dengan anggaran pendidikan DKI yang mencapai Rp 1,4 triliun. Dengan sistem yang telah terbangun, ia yakin alokasi anggaran akan berjalan efisien dan efektif.
Dengan dua program yang sudah terukur dan teruji itu, paparan Jokowi tidak terlihat muluk-muluk. Ia dapat menjelaskan programnya secara gamblang, layaknya seorang praktisi yang paham jalan keluar dari suatu persoalan. Akankah keduanya akan menjadi kartu truf Jokowi untuk mengantar dia menjadi Gubernur DKI Jakarta? Layak ditunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar