Rabu, 30 Mei 2012

Ditolak Masuk Keraton, Raja Solo ke Jakarta


Sejak Raja Keraton Kasunanan Solo, Paku Buwana XIII Hangabegi tak dibolehkan masuk keratonnya Kamis lalu, yang diwarnai aksi adu mulut dan saling dorong, belum ada tanda-tanda konflik antarbangsawan mereda.

Di tengah kisruh di Solo, Raja Hangabehi dan wakilnya, KGPH Panembahan Agung Tedjowulan hari ini, Kamis 31 Mei 2012, akan menuju Jakarta, untuk menggelar pertemuan dengan kerabat keraton yang ada di ibukota. Juga menjelaskan persoalan keraton pada media.

Juru bicara Hangabehi-Tedjowulan, KPH Bambang Pradotonagoro mengatakan, bahwa besok Sinuhun dan Gusti Tedjo akan mengadakan makan bareng dengan kerabat Keraton Surakarta di Jakarta.

"Kalau acara detailnya saya belum berani mengungkapkan karena kewenangan pihak Jakarta. Tapi inti acaranya hanya kumpul-kumpul saja," kata dia kepada VIVAnews, Rabu malam, 30 Mei 2012.

Ketika didesak mengenai agenda pertemuan tersebut, ia pun hanya mengatakan untuk mendekatkan pasangan Hangabehi-Tedjowulan kepada masyarakat yang masih keluarga keraton yang tinggal di Jakarta.

"Itu hanya kumpul untuk makan-makan saja. Selain itu untuk mensosialisasikan hasil rekonsiliasi antara Sinuhun dengan Gusti Tedjowulan," terang Bambang.

Akan tetapi dimana tempat pertemuanya, ia masih belum mau membocorkannya. "Saya tidak tahu tempatnya pertemuan. Tadi beliau juga hanya mengatakan akan ada acara kumpul-kumpul saja," ungkapnya.

Ketika ditanya mengenai keberadaan Hangabehi dan Tedjowulan, ia mengatakan, tadi malam pasangan dwi tunggal tersebut masih ada di Solo. "Berangkatnya ke Jakarta besok (hari ini)," katanya.

Konflik di Keraton Solo seakan berujung. Berawal delapan tahun lalu, sejak Pakubuwana XII mangkat pada tanggal 11 Juni 2004.

Kepergian raja sebelumnya yang tak punya permaisuri dan tanpa menunjuk putra mahkota memicu perebutan tahta yang berlangsung sengit selama 8 tahun. Keraton Solo memiliki matahari kembar, dua raja: Hangabehi dan Tedjowulan.

Saat dualisme berakhir Jumat 25 Mei 2012, saat Tedjowulan akhirnya mengalah dan rela menjadi Mahapatih, giliran kerabat Keraton yang murka. Mereka menentang rekonsiliasi itu dan tak ikhlas Tedjowulan pulang ke istana.

Raja Solo bahkan harus terkunci dalam keratonnya sendiri. Ia hanya bisa mengakses kediamannya di Bangsal Sasana Narendra dan pintu ke luar keraton. Tidak ke tempat lain, termasuk, Sasana Sewaka, tempatnya bersinggasana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar